Penjualan Senjata 'Israel' Pecahkan Rekor di 2024, Dipasarkan sebagai “Teruji” dalam Genosida Gaza

Zarah Amala
Senin, 22 Desember 2025 / 2 Rajab 1447 10:47
Penjualan Senjata 'Israel' Pecahkan Rekor di 2024, Dipasarkan sebagai “Teruji” dalam Genosida Gaza
Penjualan Senjata 'Israel' Pecahkan Rekor di 2024, Dipasarkan sebagai “Teruji” dalam Genosida Gaza

GAZA (Arrahmah.id) - Data yang diperoleh Al Jazeera menunjukkan bahwa 'Israel' mencatat penjualan senjata pada tingkat rekor pada tahun 2024, dengan pendapatan mencapai 15 miliar dolar AS.

Senjata-senjata tersebut dipasarkan sebagai “teruji di medan tempur”, setelah digunakan dalam perang genosida yang dilancarkan 'Israel' terhadap Jalur Gaza sejak 8 Oktober 2023 dan berlangsung selama dua tahun, yang menewaskan lebih dari 71 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Menurut pernyataan pemerintah 'Israel' yang dirilis pada Juni lalu, sebagian besar ekspor tersebut berupa rudal, amunisi artileri, dan sistem pertahanan udara.

Lebih dari setengah pengiriman senjata itu ditujukan ke militer negara-negara Eropa, sementara pengiriman lainnya menuju kawasan Asia-Pasifik, dengan India sebagai penerima utama.

'Israel' saat ini termasuk 10 besar negara pengekspor senjata terbesar di dunia.

Lonjakan pendapatan tersebut terjadi di tengah tuduhan internasional terhadap 'Israel' atas kejahatan genosida.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang.

Penulis buku The Palestine Laboratory: How Israel Exports the Technology of Occupation to the World, Antony Loewenstein, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 'Israel' memanfaatkan genosida untuk memasarkan senjatanya.

“Israel menjual gagasan tentang impunitas,” ujarnya. “Dan itu memiliki daya tarik besar bagi banyak negara lain.”

Sementara itu, pakar perdagangan senjata 'Israel' Shir Hever menyatakan bahwa negara-negara pengimpor senjata 'Israel' menyadari bahwa tindakan mereka ilegal.

Ia menegaskan bahwa para importir mengetahui adanya genosida di Gaza dan memahami bahwa tidak diperbolehkan melakukan hubungan dagang dengan negara yang melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Ekspor senjata 'Israel' juga mencakup teknologi kecerdasan buatan dan pengawasan, seperti pengenalan wajah, yang telah dipasang di ratusan lokasi di Tepi Barat yang diduduki dan digunakan secara luas di Gaza.

Seorang mantan tahanan Palestina, Ahmad Labad, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia menyadari skala pengawasan Israel setelah ditangkap pada Desember 2023.

Ia mengungkapkan bahwa tentara 'Israel' mengetahui nomor telepon istrinya, alamat lama dan barunya, nama-nama tetangga, serta semua rekan kerjanya.

“Setelah apa yang saya alami dalam interogasi, saya yakin kami diawasi sepanjang waktu. Kami benar-benar telanjang,” katanya.

Kementerian Pertahanan 'Israel' menyatakan pada Juni lalu bahwa permintaan dari Eropa melonjak tajam pada 2024, dengan kenaikan ekspor sebesar 54%, dibandingkan 36% pada 2023.

Kawasan Asia-Pasifik berada di posisi kedua dengan 23%, disusul Amerika Serikat sebesar 9%.

Meski permintaan dari Eropa meningkat, beberapa negara, seperti Spanyol, telah memberlakukan pembatasan terhadap impor senjata dari 'Israel'. (zarahamala/arrahmah.id)

HeadlineIsraelPalestinaGazaGenosidapenjualan senjata